Kamis, 17 Juni 2010

Jackie Chan, Simbol Asia di Dunia Hollywood

Siapa yang tidak kenal dengan aktor kebanggan Asia ini. Dengan kerja kerasnya yang begitu tinggi, ia berhasil menjadi satu dari bintang Asia yang memiliki bintang di Hollywood Walk of Fame. Ia telah membintangi lebih dari 100 judul filmdan melakukan sebagian besar aksi laganya sendiri. Bahkan, akibat kegemarannya melakukan aksi yang berbahaya, membuat Jackie Chan kesulitan untuk mendapatkan asuransi.
Jackie Chan lahir di Hongkong pada 7 April 1954. Kedua orang tuanya yang bernama Charles dan Lee-Lee Chan adalah pengungsi perang sipil China. Di masa kecilnya, Chan mendapat dukungan dari orang tuanya. Jackie Chan, yang memiliki nama kecil Chan Kong Sang, yang berarti lahir di Hongkong, ini menghabiskan masa kecilnya di lingkungan elit, Distrik Victoria Park. Ketika kecil, Chan mendapat julukan Pao Pao yang berarti bocah peluru. Pemberian nama ini bukannya tanpa alasan, karena Chan ketika kecil dikenal sebagai anak yang memiliki karakter yang lincah.
Kelincahan yang menggiringnya ke dunia seni bela diri dan akrobatik. Kemampaun bela diri ini pula yang membesarkan namanya di layar lebar.
Kedekatan Chan dengan dunia peran tidak lepas dari andil dari kedua orang tuanya. Mereka melihat ada bakat seni yang tersimpan di dalam tubuh Chan. Karena itu ketika kecil kedua orang tua Chan mendaftarkan Chan ke Akademi Drama Cina, Peking Opera School. Memiliki keahlian bela diri martial arts dan akrobatik, akhirnya membawa Chan untuk diikut sertakan dalam Seven Little Fortunes, yaitu sebuah kelompok pertunjukkan yang beranggotakan pelajar terbaik yang ada di sekolahnya.
Chan telah terjun ke dunia film sejak berumur delapan tahun, saat ia tampil dalam film berjudul Big Little Wong Tin Bar. Dalam film ini, Jackie Chan bermain bersama Sammo Hung Kam-Bo serta Li Hua Li. Setahun berikutnya Chan kembali bermain bersama Li Hua Li dalam film musikal The Love Eterne.
Beranjak dewasa, tepatnya di usianya yang ke-17, keahliannya dalam seni bela diri membawanya menjadi seorang stuntman dalam film-film yang diperankan oleh Bruce Lee. Adegan demi adegan berbahaya diperankan oleh Chan dalam film First of Flury serta Enter The Dragon.
Kesempatan untuk tidak sekadar pemain pengganti akhirnya datang juga. Ia diberi kesempatan untuk membintangi film Little Tiger of Canton yang rilis secara terbatas di Hongkong pada tahun 1973. Tahun berikutnya, Chan bermain dalam sebuah film berjudul Rumble in Hongkong—film yang pada tahun 1996 di-remakedan dirilis di Amerika dengan judul Rumble in the Bronx.
Namun selama dua tahun berikutnya, Chan sama sekali tidak terlibat dalam kegiatan perfilman. Akhirnya ia memutuskan untuk tinggal bersama orang tuanya yang sudah pindah ke Canberra, Australia, di mana orang tuanya bekerja sebagai juru masak. Di sana Chan melanjutkan kuliahnya di Dickson College.
Sembari kuliah, ia nyambi sebagai pekerja konstruksi. Dan tahukan anda dari mana datangnya nama Jackie? Ternyata sebutan Jackie dialamatkan oleh Chan ketika ia bekerja sebagai pekerja konstruksi itu. Ia mendapatkan nama panggilanLittle Jack, yang kemudian disingkatnya menjadi Jackie.
Keberadaan Chan di Canberra Australia tidak berlangsung lama, karena di tahun yang sama ia mendapat telegram dari Willie Chan, seorang produser film Hongkong, yang sangat terkesan dengan cara kerja Chan sebagai stuntman. Willie Chan menawarinya sebuah film yang disutradarai oleh Lo Wei berjudul New First Fury. Dan disinilah bermulanya karakter sebagai aktor laga coba dilekatkan kepada Chan. Namun sayangnya film ini gagal di pasaran.
Baru di tahun 1978, Chan hadir dengan genre film kung fu komedi berjudul Snake in the Eagle Shadow. Kesuksesan film tersebut ternyata menjadi awal dari trend film kung fu komedi. Setelah itu karir Chan mulai menanjak setelah ia bermain dalam film mainstream yang sukses di pasaran, yaitu Drunken Master, dan kemudian diteruskan dengan film sejenis berjudul Half a Lot of Kung Fu danSpiritual Kung Fu.
Kebersamaan bersama Lo Wei mungkin dapat dikatakan membawa keberuntungan dan sebagai orang yang paling berjasa dalam karir Jackie Chan. Karena tidak hanya menjadikan Chan seorang aktor, tetapi Lo Wei melihat talenta bahwa Chan juga bisa untuk menjadi sutradara. Untuk itu, Chan dipercayakan menjadi asisten sutradara dalam film Fearless Hyena disutradarai oleh Kenneth Tsang.
Persahabaan Chan dengan Willie juga menjadi peretas jalan baginya untuk merambah Hollywood. Pada 1980 ia diberi peran dalam film Battle Creek Brawl. Di tahun 1985, ia bermain dalam film the Cannonball Run yang mampu mengumpullkan penghasilan global sebesar 100 juta dollar. Dirasa memiliki keahlian yang cukup dalam ilmu bela diri, membawanya kembali ke proyek film berikutnya, berjudul The Protector.
Pada tahun yang sama, Chan mengambil keputusan untuk kembali ke Hongkong. Keputusan yang tak akan pernah disesalinya. Karena justru ketika di bekas jajahan Inggris inilah nama Jackie Chan berkibar di seantreo Asia.
Film-film seperti Police Story (1985) merupakan film yang terbilang laris, bahkan film tersebut mendapat anugerah Film Terbaik pada ajang Hongkong Film Award 1986. Setahun kemudian, Chan bermain dalam film yang menjadi box officeHongkong sepanjang masa, yaitu film Armour of God yang disebut sebagaiIndiana Jones versia Asia. Film ini berhasil meraih penghasilan domestik sebesar 35 juta dolar AS.
Setelah menuai sukses di Hongkong, Chan memutuskan untuk kembali menapak karir di Hollywood. Tawaran untuk main di film Demolition Man bersama Sylvester Stallone ditolaknya. Ia bersikap tidak mau menjadi penjahat dalam setiap filmnya.
Chan mulai menuai kesuksesannya setelah bermain dalam film Rumble in Bronxpada tahun 1995. Selanjutnya Chan dipasangkan dengan aktor kocak Chris Tucker di film laga komedi Rush Hour (1998). Di tahun yang sama , Chan merilis film terakhir yang ia produksi di Golden Harvest, Who Am I? Selepas dari Golden Harvest. Chan memproduksi sebuah film komedi romantis, Gorgeous. Dan selanjutnya bermain dalam Shanghai Noon (2000), Rush Hour 2 (2001), Shanghai Knights (2003) dan The Medallion (2003).
Akan tetapi, dengan kerap bermain dalam karakter-karakter yang sama atau terbatas pada itu-itu saja, Chan mengaku frustasi. Untuk itu pada tahun 2003, Chan mendirikan rumah produksi miliknya yang bernama Jackie Chan Emperor Movies Limited (JCE). Dalam film-film yang ia produksi bersama rumah produksinya, Chan banyak menampilkan adegan-adegan dramatis, sebut sajaNew Police Story (2004), The Myth (2005) dan Rob-B-Hood (2006).
Sepanjang karirnya di film laga, Chan tercatat telah tiga kali mengalami patah tulang hidung, satu kali patah tulang pergelangan kaki, sebagian besar jari tangan, kedua tulang pipi dan tulang tengkoraknya, serta memiliki lubang permanent di kepalanya, karena kecelakaan saat beraksi di depan kamera.
Dari berbagai keberhasilannya di dunia akting, ada satu penyesalan terbesar dalam hidupnya, yaitu ia tidak mendapatkan pendidikan formal yang memadai. Untuk itu Chan mendirikan institusi pendidikan di berbagai belahan dunia.
Pantas bila dikatakan Jackie Chan adalah aktor kebanggan Asia. Namun, ia memiliki pengaruh yang “buruk” bagi aktor dan aktris lain, yaitu gemar mempengaruhi mereka untuk melakukan adegan laga tanpa bantuan stuntman.

Data Diri :

Nama : Jackie Chan
Nama Lahir : Chan Kong Sang
Tempat, Tanggal Lahir : Hongkong, 7 April 1954
Pekerjaan : Aktor, Sutradara, Produser, Koreografer Bela Diri, Penyanyi

Filmografi :

• Young Tiger (1973)
• Eagle Shadow Fist (1973)
• The Killer Meteors (1976)
• Shaolin Wooden Men (1976)
• New Fist of Fury (1976)
• Countdown in Kung Fu (1976)
• To Kill With Intrigue (1977)
• Jackie Chan’s 36 Crazy Fists (1977)
• The Magnicient Bodyguards (1978)
• Spiritual Kung Fu (1978)
• Snake in the Eagle’s Shadow (1978)
• Snake and Crane Arts of Shaolin (1978)
• Half a Lot of Kung Fu (1978)
• Drunken Master (1978)
• The Fearless Hyena (1979)
• Dragon Fist (1979)
• The Young Master (1980)
• The Big Brawl (1980)
• The Cannonball Run (1981)
• Dragon Lord (1982)
• The Fearless Hyena II (1982)
• Winners and Sinners (1983)
• Wheels on Meals (1984)
• Jackie Chan’s Crime Force (1984)
• Fantasy Mission Force (1984)
• Cannonball Run II (1984)
• The Protector (1985)
• Twinkle, Twinkle Lucky Stars (1985)
• Police Story (1985)
• Ninja Thunderbolt (1985)
• Heart of the Dragon (1985)
• Naughty Boys (1986)
• Project A II (1987)
• My Lucjy Stras (1987)
• Police Story II (1988)
• Dragons Forever (1988)
• Miracles (1989)
• The Prisoner (1990)
• The Kid From Tibet (1991)
• Island on Fire (1991)
• The Best Of Martial Arts Films (1992)
• Supercop (1992)
• City Hunter (1992)
• The Armour of God (1994)
• Project A (1994)
• Once A Cop (1994)
• Crime Story (1994)
• Supercop (1996)
• Rumble In The Bronx (1996)
• Operation Condor (1997)
• Jackie Chan’s Second Strike (1997)
• First Strike (1997)
• Gods (1998)
• The Operation Condor 2 : Armour of the Gods (1998)
• Who Am I ? (1998)
• Rush Hour (1998)
• Mr. Nice Guy (1998)
• Hongkong Face Off (1998)
• Burn, Hollywood, Burn (1998)
• Twin Dragons (1999)
• Master of Disaster (1999)
• Jackie Chan’s Project A (1999)
• Heikek Chi Wong (1999)
• Bolei Cheun (1999)
• The Legend of Drunken Master (2000)
• Shanghai Noon (2000)
• The Accidential Spy (2001)
• Rush Hour 2 (2001)
• The Tuxedo (2002)
• The Medallion (2003)
• The Cin Gei Bin (2003)
• Snake in Eagle’s Shadow 2 (2003)
• Shanghai Knights (2003)
• San Gingchat Gusi (2004)
• Around the World in 80 Days (2004)
• Sen-Hua (2005)
• Legends of Martial Arts (2005)
• Come Drink With me (2005)
• Thunderbolt (2006)
• Bo Bui Ga Wak (2006)
• Rush Hour 3 (2007)
• The Forbidden Kingdom (2008)
• Karate Kid (2010)

Sumber : 21cineplex.com

Minggu, 13 Juni 2010

Nama Julukan: Dari Binatang, Warna, Sampai Petarung

PIALA Dunia 2010 akhirnya resmi dibuka di Soccer City Stadium Johannesburg. Warna-warni ternyata juga berlaku bagi 32 tim peserta Piala Dunia. Tim-tim dari Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Utara, Asia, Eropa, serta Oceania, masing-masing punya nama julukan. Tak ada yang tahu pasti kapan nama alias ini mulai dilekatkan.

Pierre Lanfranchi, profesor dari De Montfort University Inggris yang juga pakar sejarah sepak bola mengatakan nama julukan kerap digunakan tim dan pemain asal Afrika. Kebiasaan ini berkembang dan ditiru negara lain di seluruh dunia.

Nama-nama yang dipilih unik dan melambangkan banyak hal. Mulai dari binatang, pejuang, warna, dan hal lain. Pokoknya unik dan menarik. Apapun alasan di balik pemilihan julukan ini, atau apapun efeknya bagi pemain dan pendukung, yang jelas Piala Dunia 2010 kian penuh warna.

Bagaimana dengan julukan tim favorit Anda?

  • Afrika Selatan : Bafana Bafana (The Boys) -- Banyana Banyana (The Girls) untuk tim putri
  • Aljazair : Les Fennecs (The Desert Foxes), Les Verts (The Greens), Les Guerriers du Desert (The Deset Warriors)
  • Amerika Serikat: Sons of Sam, The Yanks, MNT (Men's National Team)
  • Argentina : La Albiceleste (White and Sky blue)
  • Australia : The Socceroos
  • Belanda : Oranje, The Flying Dutchmen, Clockwork Orange, Het Nederlands Elftal (The Dutch Eleven)
  • Brasil : Canarinho (Little Canary), A Selecao (The Selection), Verde-Amarela (Green and Yellow), The Samba Kings, Scratch du oro (Golden Squad)
  • Cile : La Roja (The Red One), El Equipo de Todos (Everybody's Team)
  • Denmark : Danish Dynamite, Olsen-Banden (The Olsen Gang), Olsens Elleve (Olsen's Eleven) mengacu pada nama pelatih Morten Olsen
  • Ghana : The Black Stars
  • Honduras : Los Catrachos, La Bicolor (diambil dari warna bendera Honduras)
  • Inggris : The Three Lions
  • Italia : Gli Azzurri (The Blues), La Nazionale (The National)
  • Jepang : The Samurai Blue, Nippon Daihyo
  • Jerman : Die Mannschaft (The Team), Die DFB-Elf (The DFB-Eleven), tapi lebih dikenal dengan julukan Der Panzer
  • Kamerun : Les Lions Indomptables (The Indomitable Lions)
  • Korea Selatan : Taeguk Warriors -- konsep ying dan yang dan ajaran Tao, meski kadang pendukung kerap menyebut tim dengan Tigers of Asia dan Red Devils
  • Korea Utara -- Choillima (kuda terbang dalam mitos Asia)
  • Meksiko : El Tri (The Three-colored), El Gigante De CONCACAF (The Giant of CONCACAF)
  • Nigeria : Super Eagles
  • Pantai Gading : Les Éléphants (The Elephants)
  • Paraguay : Guaraníes (suku Indian asli Paraguay), La Albirroja (White and Red)
  • Portugal : Seleccao das Quinas (Selection of the Shields), Os Navegadores (The Navigators)
  • Prancis : Les Bleus (The Blues), L'Équipe Tricolore (The Tri-color Team)
  • Selandia Baru : All Whites, The Kiwis
  • Serbia : Beli Orlovi (White Eagles)
  • Slovakia : Bojovni Jondovci (The Fighting Jondas), Repre
  • Slovenia : Zmajceki (Dragons)
  • Spanyol : La Furia (The Fury), La Furia Española (The Spanish Fury), La Furia Roja (The Red Fury)
  • Swiss : Schweizer Nati (The Switzlerland National)
  • Uruguay : Charrúas (suku Indian asli Uruguay, La Celeste Olímpica (The Olympic Sky Blue), La Celeste (The Sky Blue)
  • Yunani : To Piratiko (The Pirate Ship), Ethniki (The Team)

dikutip dari Raju Febrian

Sumber : Yahoo Olahraga

Fenomenologi

Menelusuri pengalaman sendiri yang di anggap penting melalui deskripsi.
Jujur, saya adalah tergolong anak yang sedikit nakal, ketika duduk di bangku sekolah, membolos serta berkelahi sudah cukup akrab dengan keseharian saya. Malas dalam belajar dan mengerjakan tugas sekolah merupakan kebiasaan yang sulit saya tinggalkan.
Saat duduk di bangku SD saya termasuk siswa yang sering membolos sekolah serta sering berkelahi dengan teman, meskipun ujung-ujungnya suka menangis. Kemudian ketika duduk di bangku SMP kebiasaan tersebut cukup berkurang, karena Ibu saya adalah salah satu guru di SMP tersebut, saya sangat hampir tidak pernah membolos sekolah dan berkelahi di sekolah. Setelah lulus SMP, saya memutuskan untuk melanjutkan SMA di luar kota kelahiran saya. Kediri menjadi kota yang saya pilih sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikkan di tingkat SMA. Karena di Kediri saya jauh dari pengawasan orang tua, kebiasaan buruk saya pun muncul lagi. Puncaknya adalah ketika saya duduk di kelas XI (sebelas), karena lingkungan pergaulan pada saat itu sangat mendukung saya menjadi anak nakal. Masuk ruang BK sudah merupakan hal yang biasa bagi saya. Sering sekali membolos disaat jam pelajaran dan berkelahi, bahkan saya sempat melakukan penindasan yang tak memiliki alasan apapun terhadap adik kelas. Benar-benar satu massa dimana saya tidak melakukan pola pikir yang panjang disetiap tindakkan. Dari semua itu akhirnya saya juga tetap bisa lulus dan melanjutkan pendidikkan ke tingkat universitas.
Saya sempat merasa kacau ketika saya tidak bisa di perguruan tinggi negeri idaman saya. Tapi kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota Bandung, meskipun bukan di perguruan tinggi negeri idaman saya. Bandung merupakan kota tujuan yang sempat membuat ciut nyali saya karena saya benar-benar buta tentang Bandung, saudara pun tidak ada yang tinggal di kota tersebut. Dengan rasa ragu saya tetap memutuskan tetap melanjutkan perkuliahan di Bandung. Dalam masa awal perkuliahan, kebiasaan membolos dan berkelahi sudah bisa saya tinggalkan. Tapi kebiasaan malas belajar masih tetap ada. Pada semester awal saya cukup tidak semangat dengan perkuliahan yang ada, terlebih ketika ada debat atau disksusi di kelas, saya cenderung lebih memilih untuk diam dan masa bodoh. Ketika ujian pun saya lebih mengandalkan orang lain dari pada diri sendiri. Pada akhir semester I (satu) hasilnya sudah bisa ditebak, IP saya hanya 2,7. Terus terang baru kali ini saya merasa kecewa dengan nilai jelek yang saya dapat, karena lingkungan saya yang baru tergolong lebih banyak anak-anak yang rajin. Ketika saat itulah saya merasakan bahwa saya harus bisa melakukan apa yang teman-teman saya bisa lakukan. Saat semester II (dua) saya memiliki keyakinan yang kuat bahwa saya bisa seperti mereka, saya bisa berubah menjadi lebih baik. Selama semester II (dua) saya berusaha untuk merubah kebiasaan saya. Mulai menjadi memiliki minat belajar, ketika debat dan diskusi di kelas pun saya ikut aktif. Dengan segala apa yang saya perbuat pada semester II (dua), ternyata pada hasil akhir semester II (dua) IP saya mencapai 3,5. Sejak semester II (dua) sampai saat ini saya bisa berubah menjadi lebih baik. Mulai saat itu saya sadar pada dasarnya Tuhan menciptakan semua manusia sama, tergantung hanya bagaimana manusia tersebut memiliki kemauan.

Mencari fakta atau frase yang mengungkapkan pengertian sebuah peristiwa.
 Karena lingkungan pergaulan pada saat itu sangat mendukung saya menjadi anak nakal.
 Mulai saat itu saya sadar pada dasarnya Tuhan menciptakan semua manusiasama, hanya tergantung bagaimana manusia tersebut memiliki kemauan.

Menginterpretasikan dan membuat penyataan singkat dari peristiwa sesuai bahasa aslinya.
 Karena lingkungan pergaulan pada saat itu sangat mendukung saya menjadi anak nakal.
Meskipun kepribadian sesorang dapat dibentuk oleh dalam diri sendiri. Namun frase di atas membuktikan bahwa lingkungan pergaulan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Ketika seseorang berada dalam suatu lingkungan yang baik, maka orang tersebut cenderung akan ikut baik, dan sebaliknya ketika seseorang berada dalam suatu lingkungan yang tidak baik, maka orang tersebut cenderung akan ikut tidak baik.
 Saat semester II (dua) saya memiliki keyakinan yang kuat bahwa saya bisa seperti mereka, saya bisa berubah menjadi lebih baik.
Dari frase di atas dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu perbuatan atau tindakkan yang berlandaskan oleh keyakinan yang kuat, pasti kesempatan untuk terwujudnya tujuan dari perbuatan atau tindakkan tersebut semakin besar. Ketika kita melakukan sesuatu perbuatan atau tindakkan dengan keyakinan yang setengah-setengah maka hasil yang didapatkan akan cenderung tidak maksimal.
 Mulai saat itu saya sadar pada dasarnya Tuhan menciptakan semua manusiasama, hanya tergantung bagaimana manusia tersebut memiliki kemauan.
Tuhan maha adil, istilah tersebut dapat menggambarkan dari frase di atas. Kita semua sebagai manusia biasa pada dasarnya sama, Tuhan menciptakan kita dengan adil. Lahir tanpa membawa apa pun, dan ketika meninggal kita tidak akan membawa apapun kecuali pahala dan dosa dari apa yang telah kita perbuat di dunia. Ketika pada kehidupan di dunia ada manusia yang mengalami nasib berbeda-beda, hal tersebut lebih di sebabkan ada atau tidaknya kemauan untuk berubah dari dalam diri manusia itu sendiri.